Wawancara terbaru "Ibu AI" Fei-Fei Li: Tidak menyangka AI akan begitu populer, terobosan berikutnya adalah kecerdasan spasial

Li Fei-Fei adalah profesor di Stanford University, dijuluki sebagai "Ibu AI". Ia dikenal karena database visual ImageNet yang dirilis pada tahun 2006, yang mendorong perkembangan AI. Baru-baru ini, Li Fei-Fei tampil di sebuah acara podcast, membahas AI, kecerdasan spasial, dan superintelligence.

• Ia berpendapat bahwa AI adalah pedang bermata dua, memiliki potensi besar namun juga bisa membawa risiko, dan menekankan bahwa manusia harus tetap memegang kendali dalam perkembangan AI.
• Li Fei-Fei berharap teknologi AI menjadi lebih demokratis, sehingga siapa pun dapat mempengaruhi dan menggunakan AI secara bertanggung jawab, bukan dimonopoli oleh segelintir perusahaan teknologi besar.
• Ia mengemukakan bahwa frontier AI berikutnya adalah "kecerdasan spasial", yaitu kemampuan AI untuk memahami, merasakan, bernalar, dan berinteraksi dengan dunia tiga dimensi, yang melengkapi kecerdasan visual.
• Ia menyoroti bahwa dampak AI terhadap pendidikan, pekerjaan, dan masyarakat sangat mendalam dan perlu ditangani dengan hati-hati, serta individu, perusahaan, dan masyarakat memiliki tanggung jawab untuk menghadapi restrukturisasi pekerjaan akibat teknologi.
• Terkait risiko superintelligence, ia berpendapat bahwa masalahnya bukan pada mesin itu sendiri, melainkan pada bagaimana manusia mengelola dan mengatur teknologi, serta tanggung jawab dan regulasi di tingkat internasional.
• Ia bersikap realistis terhadap konsumsi energi dan dampak lingkungan, dan berpendapat bahwa energi terbarukan dan inovasi kebijakan energi adalah bagian tak terpisahkan dari perkembangan AI.
• Ia menekankan pentingnya kembali ke nilai-nilai tradisional dan konsep pendidikan: menumbuhkan rasa ingin tahu, pemikiran kritis, dan tanggung jawab pada anak-anak, bukan bergantung pada AI untuk bermalas-malasan atau menyalahgunakan teknologi.

Berikut adalah terjemahan percakapan Li Fei-Fei kali ini. Demi kejelasan dan ringkasan, isi percakapan telah diedit.

Pertanyaan: Bolehkah saya mulai dari masa luar biasa di industri Anda? Sudah tiga tahun sejak ChatGPT dirilis ke publik. Setelah itu muncul alat baru, aplikasi baru, dan investasi dalam jumlah besar. Bagaimana perasaan Anda saat ini?

Li Fei-Fei: AI bukan hal baru bagi saya. Saya telah berkecimpung di bidang ini selama 25 tahun, sejak awal karier saya setiap hari berurusan dengannya. Namun, dampak yang terjadi saat ini sangat dalam dan luas, tetap membuat saya terkesan, bahkan terasa tidak nyata. Ini adalah teknologi tingkat peradaban. Saya adalah salah satu ilmuwan yang mendorong kelahirannya, namun tidak menyangka dampaknya akan sebesar ini.

Pertanyaan: Kapan semuanya mulai berubah? Apakah karena kecepatan perkembangan teknologi, atau karena dunia akhirnya sadar dan menyoroti kalian?

Li Fei-Fei: Saya rasa keduanya saling terkait. Tapi saya menyebutnya teknologi tingkat peradaban, bukan karena kami mendapat perhatian, atau karena kekuatannya, melainkan karena pengaruhnya terhadap begitu banyak orang. Kehidupan, pekerjaan, kesejahteraan, dan masa depan setiap orang, akan disentuh oleh AI dengan cara tertentu.

Pertanyaan: Termasuk dampak negatif?

Li Fei-Fei: Teknologi selalu pedang bermata dua, bukan? Sejak peradaban manusia lahir, alat yang kita ciptakan—yakni teknologi—secara umum digunakan untuk kebaikan, namun dalam prosesnya bisa disalahgunakan secara sengaja, atau membawa konsekuensi negatif yang tak terduga.

Pertanyaan: Anda menyebut "kekuatan". Saat ini kekuatan teknologi ini dipegang oleh segelintir perusahaan, sebagian besar adalah perusahaan Amerika. Bagaimana pendapat Anda?

Li Fei-Fei: Anda benar. Perusahaan teknologi besar melalui produk mereka memiliki pengaruh terbesar pada masyarakat. Saya pribadi berharap teknologi ini bisa lebih demokratis. Siapa pun yang membangun atau menguasainya, harus menggunakannya secara bertanggung jawab. Saya juga percaya setiap orang harus punya kemampuan untuk mempengaruhi teknologi ini.

Pertanyaan: Anda adalah akademisi sekaligus CEO perusahaan teknologi. Perusahaan Anda baru berdiri setahun lebih, dan menurut laporan sudah bernilai 1.1 billions dolar.

Li Fei-Fei: Benar! (tertawa) Saya adalah co-founder dan CEO World Labs. Kami sedang mengeksplorasi frontier AI berikutnya—kecerdasan spasial. Saat ini semua orang membicarakan large language model, jadi istilah ini masih jarang terdengar. Tapi saya percaya kecerdasan spasial sama pentingnya dengan kecerdasan bahasa, dan saling melengkapi.

Pertanyaan: Saya tahu Anda awalnya mencintai fisika.

Li Fei-Fei: Benar.

Pertanyaan: Dari para fisikawan yang paling Anda kagumi, apa yang membuat Anda melampaui fisika itu sendiri?

Li Fei-Fei: Saya tumbuh di kota kecil di Tiongkok, keluarga biasa saja, bisa dibilang lingkaran hidup saya sangat kecil. Masa kecil saya sederhana dan tertutup, saya anak tunggal. Fisika justru sebaliknya—luas, berani, imajinatif tanpa batas. Menatap langit, saya bisa memikirkan asal-usul alam semesta; mengamati serpihan salju, saya bisa menyelami struktur molekul materi; memikirkan waktu, medan magnet, inti atom... Fisika membawa imajinasi saya ke tempat yang tak mungkin saya capai. Sampai sekarang, saya masih terpesona karena fisika mengajarkan saya untuk berani mengajukan pertanyaan paling berani dan liar tentang dunia fisik, alam semesta, dan asal-usul kita.

Pertanyaan: Dan "pertanyaan liar" Anda sendiri, saya rasa adalah "apa itu kecerdasan?"

Li Fei-Fei: Benar. Dari Newton ke Maxwell, dari Schrödinger ke Einstein—fisikawan yang paling saya kagumi—saya mengagumi "pertanyaan liar" mereka masing-masing.

Saya juga ingin menemukan pertanyaan saya sendiri. Di pertengahan kuliah, pertanyaan saya beralih dari dunia fisik ke kecerdasan: apa itu kecerdasan? Bagaimana ia muncul? Yang paling menarik, bagaimana kita menciptakan mesin cerdas? Itu menjadi pencarian saya, bintang utara saya.

Pertanyaan: Itu benar-benar lompatan kuantum—dari mesin yang hanya bisa menghitung, menjadi mesin yang bisa terus belajar.

Li Fei-Fei: Saya suka Anda menggunakan istilah "lompatan kuantum" sebagai permainan kata fisika.

Pertanyaan: Saya perhatikan Anda membaca sangat luas. Terobosan akhirnya terjadi ketika Anda mulai memperhatikan penelitian psikolog dan ahli bahasa yang relevan dengan bidang Anda.

Li Fei-Fei: Inilah daya tarik melakukan sains di garis depan. Semuanya baru, tak ada yang tahu caranya. Secara alami saya meneliti otak dan pikiran manusia, dan mendapat inspirasi darinya. Saat awal mencoba memecahkan masalah kecerdasan visual, salah satu inspirasi saya adalah meneliti bagaimana ruang semantik visual manusia diorganisasi. Ada ribuan, jutaan objek di dunia, bagaimana mereka diorganisasi? Berdasarkan abjad? Ukuran? Warna?

Pertanyaan: Anda meneliti ini karena harus memahami dulu bagaimana otak mengorganisasi informasi, baru bisa mengajarkan komputer?

Li Fei-Fei: Bisa dibilang begitu. Saya menemukan hasil penelitian linguistik bernama WordNet, yang mengorganisasi konsep semantik dengan klasifikasi tertentu—bukan visual, hanya semantik atau leksikal.

Pertanyaan: Bisa beri contoh?

Li Fei-Fei: Di kamus, apple (apel) dan appliance (peralatan) berdekatan, tapi di kehidupan nyata, apel dan pir lebih dekat—keduanya buah, sedangkan peralatan adalah kategori berbeda. Saya mendapat pencerahan: mungkin organisasi konsep visual juga seperti itu, hubungan antara apel dan pir jauh lebih besar daripada apel dan mesin cuci. Yang lebih penting adalah skala. Saat Anda melihat betapa banyaknya objek yang bisa dideskripsikan oleh bahasa, Anda sadar bahwa sebagai makhluk cerdas, kita mengalami dunia dengan data yang sangat besar—kita juga harus memberi mesin kemampuan ini.

Pertanyaan: Perlu dicatat, saat itu—awal abad ini—konsep "big data" belum ada.

Li Fei-Fei: Istilah itu bahkan belum muncul. Dataset ilmiah yang kami gunakan saat itu sangat kecil.

Pertanyaan: Seberapa kecil?

Li Fei-Fei: Untuk gambar, dataset yang digunakan mahasiswa S2 generasi saya biasanya hanya punya empat sampai enam, paling banyak dua puluh kategori objek. Tiga tahun kemudian, kami membuat ImageNet: 22.000 kategori objek, 15 juta gambar berlabel.

Pertanyaan: ImageNet adalah terobosan besar, juga alasan Anda dijuluki "Ibu AI". Saya ingin tahu, apa yang membuat Anda melihat koneksi yang tidak dilihat orang lain? Anda baru ke Amerika pada usia 15 tahun, bahasa Inggris adalah bahasa kedua, apakah itu berperan dalam inspirasi Anda?

Li Fei-Fei: Saya tidak tahu. Kreativitas manusia masih misteri. Ada yang bilang AI bisa melakukan segalanya, saya tidak setuju. Tentang otak manusia, kita masih banyak yang belum tahu. Saya hanya bisa menduga, minat dan pengalaman saya berperan. Saya berani mengajukan pertanyaan "gila" dalam sains, tidak takut berpikir di luar kotak. Kepekaan saya terhadap hubungan bahasa dan visual mungkin juga karena pengalaman belajar bahasa asing.

Pertanyaan: Datang ke Amerika saat remaja, sudah sulit, ditambah hambatan bahasa, bagaimana rasanya?

Li Fei-Fei: Sangat sulit. (tertawa) Saya datang ke Amerika pada usia 15 tahun, ke Parsippany, New Jersey. Keluarga saya tidak fasih berbahasa Inggris. Saya belajar cukup cepat, tapi orang tua saya sangat kesulitan. Ekonomi keluarga sulit, orang tua saya bekerja sebagai kasir, saya bekerja di restoran Cina. Saat kuliah, ibu saya sakit, kami memutuskan membuka usaha laundry untuk bertahan hidup.

Pertanyaan: Anda terlibat langsung?

Li Fei-Fei: Saya bercanda bahwa saya adalah CEO-nya. Dari usia 18 tahun hingga pertengahan S2, saya menjalankan usaha itu selama tujuh tahun.

Pertanyaan: Bahkan saat Anda tidak di sana, tetap mengelola dari jarak jauh?

Li Fei-Fei: Ya. Bahasa Inggris saya paling baik, semua telepon pelanggan, tagihan, dan kontrol kualitas saya yang urus.

Pertanyaan: Pengalaman ini mengajarkan Anda apa?

Li Fei-Fei: Ketahanan. Melakukan riset juga butuh ketahanan, karena jalan sains tidak linier, tidak ada jawaban siap pakai. Sebagai imigran, Anda juga harus belajar menjadi resilient (tangguh).

Pertanyaan: Apakah orang tua Anda punya ekspektasi tinggi pada Anda?

Li Fei-Fei: Secara adil, mereka tidak terlalu menekan saya, bukan "tiger parents", mereka hanya ingin bertahan hidup. Ibu saya pada dasarnya seorang intelektual, suka membaca. Tapi hidup sebagai imigran sulit, ditambah kondisi kesehatan, dia tidak punya waktu mengurus saya. Saat remaja, saya tidak punya pilihan, harus sukses atau gagal, risikonya tinggi, jadi saya memotivasi diri sendiri. Saya selalu penasaran, sains menjadi pelarian dan penyeimbang saya. Saya tidak suka klub malam, hanya suka sains.

Pertanyaan: Ada guru yang sangat penting bagi Anda?

Li Fei-Fei: Saya pandai matematika, dan berteman dengan guru matematika saya, Bob Sabella, karena kami sama-sama suka fiksi ilmiah. Awalnya saya membaca fiksi ilmiah berbahasa Mandarin, lalu berbahasa Inggris. Dia melihat saya haus ilmu, jadi sengaja memberi saya kesempatan. Setelah saya naik kelas matematika, tidak ada kelas lagi, dia mengajari saya satu lawan satu saat makan siang, tanpa bayaran tambahan. Itu adalah cinta seorang guru, juga tanggung jawab. Dia menjadi orang penting dalam hidup saya.

Pertanyaan: Apakah dia masih hidup?

Li Fei-Fei: Saat saya menjadi asisten profesor di Stanford, dia sudah meninggal, tapi istri dan anaknya menjadi "keluarga" saya di New Jersey.

Pertanyaan: Apakah mereka membantu Anda berintegrasi ke masyarakat Amerika?

Li Fei-Fei: Tentu saja. Mereka menunjukkan pada saya seperti apa keluarga kelas menengah khas Amerika, menjadi jendela saya untuk memahami masyarakat Amerika.

Pertanyaan: Apakah Anda merasa bisa memiliki karier yang sama di Tiongkok?

Li Fei-Fei: Hidup penuh kebetulan, saya tidak bisa berandai-andai. Tapi yang tidak berubah adalah rasa ingin tahu dan pencarian bintang utara. Jadi saya percaya, bagaimanapun juga saya akan terjun ke AI.

Pertanyaan: Apakah Anda masih berhubungan dengan tanah air?

Li Fei-Fei: Itu adalah akar saya. Saya sangat beruntung bisa berkembang di Amerika. Sekarang saya tinggal di Stanford, San Francisco, Silicon Valley, tempat yang sangat internasional; AI juga merupakan disiplin global. Saya lebih seperti warga dunia.

Pertanyaan: Jumlah paten dan makalah AI Tiongkok melonjak, Deepseek awal tahun ini juga menarik perhatian. Bagaimana Anda melihat persaingan AI antara Tiongkok dan Amerika?

Li Fei-Fei: Tiongkok jelas negara kuat AI. Saat ini, dua negara yang diakui memimpin AI adalah Tiongkok dan Amerika. Banyak wilayah di dunia ingin punya posisi di bidang AI.

Pertanyaan: Apa maksud Anda dengan frontier berikutnya, "kecerdasan spasial"?

Li Fei-Fei: Kecerdasan spasial adalah kemampuan AI untuk memahami, merasakan, bernalar, dan berinteraksi dengan dunia, kelanjutan dari kecerdasan visual. Paruh pertama karier saya menyelesaikan masalah "melihat", itu adalah menerima informasi secara pasif. Namun dalam evolusi, kecerdasan dan aksi tidak terpisahkan: kita melihat karena bergerak, dan bergerak lebih baik karena melihat. Bagaimana membangun koneksi ini? Harus memahami ruang tiga dimensi, bagaimana objek bergerak, bagaimana saya meraih gelas—semua ini inti dari kecerdasan spasial.

Pertanyaan: Demo Marble di situs Anda adalah dunia virtual. Apakah itu alat untuk melatih AI?

Li Fei-Fei: Saya ingin klarifikasi definisinya. Marble adalah model frontier yang bisa menghasilkan dunia tiga dimensi dari prompt sederhana. Misalnya "beri saya dapur modern", atau foto dapur, ia bisa menghasilkan dunia 3D. Manusia secara alami menciptakan dunia 3D, saya ingin AI juga bisa. Desainer bisa menggunakannya untuk brainstorming, pengembang game bisa cepat mendapatkan skenario 3D, robot bisa menggunakannya untuk pelatihan simulasi, juga bisa digunakan untuk pendidikan AR/VR.

Pertanyaan: Saya bisa membayangkan gadis Afghanistan belajar di kelas virtual.

Li Fei-Fei: Benar. Atau bagaimana membuat anak usia 8 tahun memahami "sel"? Nanti kita bisa membangun dunia di dalam sel, biarkan siswa masuk, melihat inti sel, enzim, membran—kemungkinannya tak terbatas.

Pertanyaan: Industri menghadapi banyak masalah nyata. Pertama, apakah AI akan menghancurkan banyak pekerjaan?

Li Fei-Fei: Teknologi akan mengubah lanskap pekerjaan. AI sangat mendalam, pasti akan berdampak besar pada pekerjaan. CEO Salesforce Benioff mengatakan 50% posisi layanan pelanggan di perusahaannya sudah diambil alih AI. Itu benar-benar terjadi. Setiap kali manusia menemukan teknologi lebih maju—mesin uap, listrik, komputer, mobil—selalu ada rasa sakit, juga restrukturisasi pekerjaan. Hanya membahas jumlah pekerjaan tidak cukup, perlu penanganan lebih detail: individu harus terus belajar, perusahaan dan masyarakat juga punya tanggung jawab.

Pertanyaan: Kedua, peraih Nobel Geoffrey Hinton berpendapat AI punya kemungkinan 10%–20% menyebabkan kepunahan manusia, bagaimana pendapat Anda?

Li Fei-Fei: Pertama, Geoff adalah teman saya selama 25 tahun, saya menghormatinya, tapi kami sering berdiskusi dan berdebat. Tentang "menggantikan manusia", saya hormati tapi tidak setuju. Bukan tidak mungkin, tapi jika manusia benar-benar dalam bahaya, itu karena kesalahan manusia sendiri, bukan mesin. Ia mengangkat masalah praktis: saat superintelligence lahir, bagaimana mencegahnya mengambil alih? Kita belum punya preseden. Pertanyaan saya: mengapa manusia secara kolektif membiarkan itu terjadi? Di mana tanggung jawab, tata kelola, dan regulasi kita?

Pertanyaan: Bisakah superintelligence diberi batasan?

Li Fei-Fei: Saya percaya kita bisa memastikan teknologi dikembangkan dan digunakan secara bertanggung jawab di tingkat internasional.

Pertanyaan: Di tingkat pemerintah, apakah melalui perjanjian? Atau hanya perusahaan yang sepakat bertindak dengan cara tertentu?

Li Fei-Fei: Bidang ini masih tahap awal, kita belum punya perjanjian internasional, juga belum ada konsensus global. Tapi menurut saya, kita sudah punya kesadaran global. Saya ingin mengatakan, kita tidak perlu terlalu khawatir tentang dampak negatif AI. Teknologi ini sangat kuat. Mungkin akan membawa beberapa konsekuensi negatif, tapi juga membawa banyak manfaat bagi manusia. Kita perlu melihat masalah ini secara keseluruhan.

Pertanyaan: Saya tahu Anda sering berdiskusi dengan politisi. Anda melakukannya di Amerika, Inggris, Prancis, dan tempat lain. Pertanyaan apa yang paling sering mereka ajukan, yang membuat Anda frustrasi?

Li Fei-Fei: Saya tidak akan menggunakan kata "frustrasi", saya akan menggunakan "khawatir", karena saya rasa diskusi publik tentang AI perlu melampaui pertanyaan "apa yang harus kita lakukan saat mesin penguasa muncul?". Pertanyaan lain yang sering diajukan orang tua di seluruh dunia: AI sudah datang, apa yang harus dilakukan anak saya? Haruskah belajar komputer? Apakah masih ada pekerjaan di masa depan?

Pertanyaan: Bagaimana Anda menjawabnya?

Li Fei-Fei: AI adalah teknologi kuat, saya juga seorang ibu. Yang terpenting adalah membesarkan anak sebagai "manusia": memberi mereka inisiatif, martabat, rasa ingin tahu, serta nilai-nilai abadi seperti kejujuran, kerja keras, kreativitas, dan pemikiran kritis. Jangan hanya khawatir soal jurusan, pahami minat dan kepribadian anak, bimbing sesuai bakatnya. Kecemasan tidak ada solusinya.

Pertanyaan: Saya punya pertanyaan industri lain, tentang banyaknya dana yang mengalir ke perusahaan seperti milik Anda. Apakah ini akan seperti gelembung internet, muncul gelembung dan beberapa perusahaan dinilai terlalu tinggi?

Li Fei-Fei: Pertama, perusahaan saya masih startup. Saat kita bicara dana besar, biasanya kita fokus pada perusahaan teknologi besar. AI masih teknologi baru, masih banyak aspek yang perlu dikembangkan. Ilmu ini sangat kompleks, butuh banyak sumber daya untuk mencapai terobosan. Karena itu, menyediakan sumber daya untuk riset sangat penting. Di sisi lain adalah pasar: Apakah kita bisa melihat hasilnya? Saya percaya prospek aplikasi AI sangat luas—rekayasa perangkat lunak, kreativitas, layanan kesehatan, pendidikan, jasa keuangan—pasar akan terus berkembang.AI bisa menjadi asisten atau alat kolaborasi, membantu orang meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas, memenuhi banyak kebutuhan. Saya yakin, bagian pasar ini akan terus tumbuh.

Pertanyaan: Tapi apa dampaknya terhadap listrik, energi, dan iklim? Seorang pengusaha AI terkenal, Jerry Kaplan, mengatakan karena pusat data besar mengonsumsi banyak energi, kita mungkin menuju bencana ekologi baru.

Li Fei-Fei: Ini pertanyaan yang sangat menarik. Untuk melatih model besar, kita butuh semakin banyak listrik atau energi, tapi tidak ada yang mewajibkan pusat data ini harus menggunakan bahan bakar fosil. Inovasi di bidang energi akan menjadi kunci.

Pertanyaan: Kebutuhan listrik mereka sangat besar; hanya mengandalkan energi terbarukan sulit memenuhi permintaan.

Li Fei-Fei: Saat ini memang begitu. Negara yang membangun pusat data besar juga harus meninjau kebijakan energi dan struktur industrinya. Ini memberi kita peluang untuk berinvestasi dan mengembangkan lebih banyak energi terbarukan.

Pertanyaan: Anda menggambarkan gambaran yang sangat positif. Anda selalu berada di garis depan industri ini, dan melihat potensi yang lebih besar, jadi saya mengerti pemikiran Anda. Tapi, apa kekhawatiran Anda tentang industri Anda?

Li Fei-Fei: Saya bukan utopis teknologi, juga bukan anti-utopis—saya sebenarnya orang tengah yang biasa saja. Orang tengah yang biasa ingin melihat masalah ini dengan cara yang lebih realistis dan ilmiah. Tentu saja, alat apa pun yang jatuh ke tangan orang jahat akan membuat saya khawatir. Sejak awal peradaban manusia, api adalah penemuan penting bagi spesies kita, namun menggunakan api untuk menyakiti orang adalah kejahatan besar. Jadi, penyalahgunaan AI apa pun membuat saya khawatir. Cara komunikasi dengan publik yang tidak tepat juga membuat saya khawatir, karena saya benar-benar merasakan kecemasan masyarakat.

Li Fei-Fei: Satu-satunya yang saya khawatirkan adalah para guru kita. Pengalaman pribadi saya menunjukkan bahwa mereka adalah tulang punggung masyarakat. Mereka sangat penting dalam membina generasi berikutnya. Apakah kita sudah berkomunikasi dengan mereka dengan baik? Apakah kita melibatkan mereka? Apakah guru kita menggunakan alat AI untuk meningkatkan profesionalisme mereka, atau membantu anak-anak kita menggunakan AI?

Pertanyaan: Kehidupan Anda sekarang sangat berbeda dengan masa kecil di laundry, apakah Anda sadar akan kekuatan Anda sebagai pemimpin industri?

Li Fei-Fei: (tertawa) Di rumah saya masih mencuci sendiri. Saya sangat sadar akan tanggung jawab saya. Saya adalah salah satu orang yang membawa teknologi ini ke dunia. Saya sangat terhormat bisa bekerja di salah satu universitas terbaik dunia, membina pemimpin masa depan, melakukan riset frontier. Saya sadar saya adalah wirausahawan, juga CEO salah satu startup AI paling menarik. Karena itu, setiap tindakan saya berdampak, itu tanggung jawab saya. Saya sangat menghargai hal ini, karena saya selalu mengatakan: Di era AI, kendali harus tetap di tangan manusia. Kendali bukan pada mesin, tapi pada diri kita sendiri. Misi lembaga saya adalah menciptakan teknologi yang menginspirasi, dan menggunakannya secara bertanggung jawab.

Pertanyaan: Lalu, dalam kehidupan Anda, anak-anak Anda, apa yang tidak Anda izinkan mereka lakukan dengan AI, perangkat elektronik, atau internet?

Li Fei-Fei: Klise: jangan gunakan alat untuk hal bodoh. Anda harus berpikir mengapa dan bagaimana menggunakan alat itu. Sebenarnya sederhana, jangan bermalas-malasan hanya karena ada AI. Jika ingin memahami matematika, large language model mungkin bisa memberi jawaban, tapi itu bukan cara belajar yang benar. Ajukan pertanyaan yang tepat. Di sisi lain, jangan gunakan AI untuk hal buruk. Misalnya, masalah keaslian informasi: gambar palsu, suara palsu, teks palsu. Ini adalah masalah yang dihadapi AI, juga cara komunikasi masyarakat kita yang didominasi media sosial saat ini.

Pertanyaan: Di dunia yang berubah cepat, yang tiga tahun lalu tak terbayangkan, Anda justru menyerukan kembali ke nilai-nilai tradisional.

Li Fei-Fei: Anda bisa menyebutnya kuno, atau abadi. Sebagai pendidik, sebagai ibu, saya percaya ada nilai-nilai manusia yang abadi, dan kita perlu menyadarinya.